Luwu Timur – Rombongan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) IAIN Palopo dan Senior Expert Service (SES) Germany diterima secara adat (Mapada) oleh perangkat adat dan pemerintah kecamatan Wotu di kantor Camat Wotu pada Senin, 31 Juli 2023.
Kehadiran rombongan FUAD dan SES di Wotu bertujuan untuk melakukan penelitian di masyarakat yang berkaitan dengan budaya dan kearifan lokal. Kegiatan ini bernama “International Collaboration of Field Research in Social Culture”.
Dalam penyambutan ini dihadiri Bau Muh. Aras Abdi To Baji Pua Sinri selaku Macoa Bawalipu ke-61 beserta pemangku adat lainnya, Camat dan Sekretaris Camat Wotu, dr. rer. pol. Gunther Dress selaku expert dari Jerman, dosen serta mahasiswa dari keempat program studi yang ada di FUAD diantaranya program studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Bimbingan dan Konseling Islam, serta Sosiologi Agama.
Muhammad Irfan Hasanuddin, S.Ag., M.A. selaku kordinator penelitian ini berharap para orang tua dapat memberikan arahan, petunjuk, dan informasi penting dan berharga agar dapat di publish pada jurnal internasional.
“Mewakili pimpinan FUAD, mudah-mudahan kami diterima sebagai keluarga besar yang tak terpisahkan dari masyarakat Wotu dan orang tua kita bisa memberikan informasi yang berharga untuk kami bawa pulang ke Palopo dan dibuat dalam bentuk laporan agar dapat dipublish pada jurnal internasional”, ujar Irfan.
Selain itu, Irfan juga mengatakan manfaat dari penelitian ini yaitu memperkenalkan budaya secara global dan melakukan eksplorasi tentang budaya dan kearifan lokal di kecamatan Wotu.
“Manfaat penelitian ini tak lain agar memperkenalkan budaya yang ada di Wotu secara global dan menjadi warisan budaya dan kami juga akan melakukan eksplorasi tentang budaya dan kearifan lokal di kecamatan Wotu”, lanjutnya.
Sebelum kegiatan dimulai, rombongan disuguhi persembahan tarian adat dari masyarakat setempat yaitu persembahan tarian Eja-Eja dari salah satu sanggar yang ada di kecamatan Wotu. Untuk diketahui, tarian Eja-Eja adalah tarian hiburan yang masing-masing penarinya berkalung sarung, bernyanyi dengan kata-kata menghibur khas Luwu.